Selasa, 28 Mei 2019

JANAKA SUNDA, SENI LAWAK SUNDA

JANAKA SUNDA
Ditulis oleh:
Syalman Andriandani
NIM: 18123036
Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, jurusan seni karawitan.

Gambar 1 (pertunjukkan jenaka Sunda secara konvensional)

Janaka Sunda atau Kacapi Janaka Sunda, merupakan seni pertunjukan yang berasal dari Jawa Barat yang menyajikan lagu-lagu bertema janaka, diiringi petikan kacapi dengan irama bebas (ajeg). Penyajian Janaka Sunda mempergunakan waditra Kacapi siter, bisa ditampilkan oleh seorang atau dua orang pemain.
Penampilan Janaka Sunda yang komunikatif dapat menciptakan suasana penuh kegembiraan. Lagu-lagu bergaya jenaka (humor) dengan mimik muka yang lucu dari para pemainnya mengandung daya tarik tersendiri, hingga para penonton yang mendengarkan dibuat tertawa.
Seniman penggarap Janaka Sunda yang paling populer dewasa ini, dikenal dengan nama Utun atau Mang Utun dan Mang Dekok (Ekok).
JANAKA SUNDA UTUN UKOK
    Mang Utun dan Mang Dekok bermain janaka sangat kompak. Keterampilannya membawakan teknik vokal bernada tinggi dalam lagu-lagunya terkesan tetap ringan dan sangat spontan.
    Dibawah ini terdapat contoh lirik lagu Janaka Sunda, banyak yang berbentuk lirik sindiran :
“Trak Trek Trok jalan ka kontrak
gurutuk sora keretek, dsb.
Triliktik sora jangkrik
Toroloktok sora londok, dsb.
Anak hayam turun sapuluh (anak ayam turun sepuluh)
Paeh hiji tinggal salapan (mati satu tinggal sembilan), dsb”.
    Lirik lagu seperti diatas selalu diiringi dengan petikan kacapi yang bersifat humor. Selain itu ia menampilkan mimik muka yang menggambarkan kelucuan, kesedihan, dan kemarahan. Mimik muka dalam gambaran diatas diwujudkan melalui bentuk bibir dengan posisi mulut yang khas.
    Dilihat dari segi irama, petikan Kacapi Mang Utun kadang-kadang berirama bebas dan kadang-kadang berirama konstan. Pada dasarnya irama-irama lagu itu ditampilkan menurut kehendak hatinya, namun tetap memperhatikan akhir kalimat lagu. Kalimat-kalimat lagu disajikan dengan irama yang tidak stabil, yang terpenting adalah lengkingan suara, alunan suara, ornamentasi teknik vokal dan gaya improvisasinya.
Tahun 1945 Mang Utun belajar Janaka Sunda kepada seniman bernama Holil dan dilanjutkan belajar Mang Eon Muda (Mang Ganda) serta Mang Olas yang terkenal dengan sebutan Mang Ecle atau Mang Ehe. Pada jamannya, Mang Eon dan Mang Ehe sangat terkenal kejenakaannya dalam ogel. Sehingga timbulah ungkapan “Ngeunah Ehe teu ngeunah Eon” yang sangat populer di masyarakat Jawa Barat saat itu.
Untuk meneruskan kelangsungan hidup Janaka Sunda, Mang Utun telah melatih Dayat Hidayat (Mang Dekok) dan Mang Syarip sebagai muridnya. Di lingkungan ASTI/STSI Bandung, dengan gayanya yang khas Yoyon Darsono bersama Tarjo pernah menggarap Janaka Sunda.

Gambar 2 (pertunjukkan jenaka Sunda modern)


JANAKA SUNDA GAYA MEMENIRAN
    Penampilan Janaka Sunda dahulu, biasa disebut memeniran (gaya menir). Memeniran mulai hidup di Jawa Barat sekitar tahun 30an. Para tokohnya saat itu diantaranya Epen Sutardi yang terkenal dengan lagu-lagu stek Orkesnya (Orkes Kacapi). Pada waktu itu masih sempat direkam dalam bentuk piringan hitam Canary Record dilema Dilema Record. Lagu-lagu yang direkam dalam piringan hitam Canary Recod antara lain: Bobodoran Gatotkaca Ngapung, Bobodoran Sapatu Weteuh, Bobodoran Cerik Epen dengan kacapi orkesnya bernama “Sari Pangluyu” direkam oleh Dilema Record. Lagu yang terkenalnya diantaranya “Balon Ngapung” diciptakan pada jaman Jepang tatkala di Alun-alun Bandung diadakan upacara menerbangkan Balonn-balon
    Tokoh Janaka Sunda yang sebaya adalah Husen yang dikenal dengan menir. Kemudian dilanjutkan oleh muridnya yang terkenal dengan julukan Menir Muda (nama aslinya Holil). Petikan kacapinya saat itu dikenal dengan “Si Cakar Harimau” atau “Cakar Maung”. Karena petikannya yang sangat terampil dan mengesankan para penonton.


    Dalam pementasannya ia dibantu oleh seorang kawannya bernama Mang Oyon. Sedangkan dalam rekaman kecapinya dibantu oleh seorang pesinden bernama Eros Rostika. Lagu-lagu yang direkam oleh Canary Record diantaranya lagu Bapak Tani, Bobodoran Menir Muda, Bala Wiri, Dewi Asri, Gendu, Kopi Susu, Polos Gado-gado, Silir Menangis, Lingkung Lembur, Bela Pati, Persatuan Meri, Ros Bungbulang, Suasana Baru, Kacang Asin, Paron, Goyong, Balenderan, Sorban Bandung, Salah Sangka, dan Coyor Gado-gado.


Sumber    
Buku “Ragam Cipta” 
karya :
Atik Soepandi, S. Kar 
Drs. Enip Sukanda. P
Drs. Ubun Kubarsah. R
Sumber Foto     :
 Buku “Ragam Cipta”
Dokumen P-KAS 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kata-kata mencerminkan jati diri =)

JANAKA SUNDA, SENI LAWAK SUNDA

JANAKA SUNDA Ditulis oleh: Syalman Andriandani NIM: 18123036 Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, jurusan seni karawit...