Senin, 20 Mei 2019

TARI DOGER

TARI DOGER

ditulis oleh:

Benny herdian
NIM 18123017
Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung
Jurusan seni karawitan.


Gambar 1 ( pergelaran tari Doger)

    Istilah doger sering disebut-sebut dalam dunia senipertunjukan khususnya di jawbarat sebagai salah satu jenis kesenian tradisionalyang lahir dan berkembang di dataran pantai utara jawa barat, antara kabupaten subang dan kabupaten karawang. Dalam arti yang luas menunjuk kepada satujenis pertunjukan rakyat, yang apabila dilihat dari segi fungsinya merupakn alat untuk hiburan atau sarana pergaulan.
    Di dalam Kamus Bahasa Sunda, Doger mengandung pengertian “tongtonan  atawa kamonesan rayat make ronggeng budak parawan, diigelan”. (LBBS. 1983: 112). Batasan yang ada dalam Kamus Bahasa Sunda menganai penarinya yang masih perawan tampaknya bukan tanpa sadar, dan mengenai hal ini akan terlihat pada uraian tentang perkembangan Doger selanjutnya.
    Pada perkembangan selanjutnya, istilah Doger dipakai untuk menyebut nama kepada  penari wanita  dalam pertunjukan tersebut. Lilis Sumiati dalam tulisannya menyebutkan tentang tari rakyat Jawa Barat bahwa :
Doger adalah merupakan jenis tari rakyat yang termasuk dalam kategori Ketuk Tilu. Hidup di pesisir utara anatar kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang. Sistem pertunjukannya adalah ngamen berkeliling ke setiap tempat. Dapat pula dikategorikan tari pergaulan karena di dalamnya ada penari pria (Pamogaran) dan wanita (Doger). (Kapita Selekta Tari, 1996:7)
Keterlibatan para penari  wanita didalamnya tidaklah semata-mata berhubungan dengan kepentingan ekonomi saja, tetapi ada diantaranya yang bertujuan mencari pengalaman ataupun untuk mendapatkan jodoh .
-bentuk pertunjukan doger
Dalam data data yang terkumpul diperoleh gambaran bahwa bentuk pertunjukan Doger antara tahun 1920-1960-an atau jaman penjajahan belanda dan jepang sampai pada masa revolusi adalah merupakan pertunjukan keliling (ngamen), sehingga waktu dan tempatnya tida bisa di tentukan karena selalu berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang mereka inginkan atau karena adanya permintaan dari masyarakat.
Biasanya pertunjukan kesenian doger biasa di pentaskan di tempat-tempat terbuka dan berlangsung pada malam hari mulai dari pukul 20.00 sampai dengan pukul 23.00, bahkan bisa sampai semalam suntuk
Jumlah penari wanita yaitu antara 7-12 orang ,pemusik(nayaga) jumlahnya antara 5-6 orang dan ditambah 1 orang lurah kongsi sebagai pimpinan rombongan
Alat alat yang digunakan satubuah kendang indung (kendang besar), dua buah kulanter (kendang kecil),satubuah tarompet , kecrek , satubuah gemyung (jenis rebana dengan ukuran paling besar), dua buah dog-dog kecil (sejenis bedug dengan ukuran paling kecil ) yang disebut kentrang. Perlengkapan lain dari pertunjukan doger adalah sebuah oncor, yaitu semacam alat penerangan yang bersumbu. Oncor tersebut terbuat dari kaleng berukuran cukup besar, di sampingnya terdapat tiga mata api, dan memakai tiang penyangga terbuat dari bamboo. Yang ukuran tingginya kurang lebih 2 meter atau ssedikit lebih tinggi dari ukuran tinggi manusia pada umumnya. Lagu-lagu yang dibawakan pada musik pembuka (overture) atau tatalu adalah lagu-lagu yang sering juga digunakan oleh kesenian tradisi pada umumnya, seperti  ; karatagan, kebo jiro dan karangrangan.
Pada urutan selanjutnya setelah lagu-lagu tataluan selesai dibawakan, dilanjutkan dengan masuknya beberapa penari wanita ke dalam arena pertunjukan, yang sebelumnya (ketika tatalu sedang berlangsung) telah berbaris di samping kanan posisi gamelan, mereka berjalan mengelilingi oncor dengan dipimpin oleh seorang penari pembarepi primadona atau sri panggung (biasanya penari yang paling cantik dan paling pandai menarinya).  Pakaian yang digunakan oleh para penari ini adalah kain sinjang, kaos oblong, sempol/apok, kewer, epek dan sebuah selendang yang digantungkan pada kedua bahu.  Adapun tarian yang dilakukan pada bagian ini adalah gerak berjalan memutar mengelilingi oncor dengan iringan lagu Arang-Arang Doger dan biasa disebut dengan Arang-Arang.
    -Pertumbuhan  dan penyebaran kesenian Doger di Subang
    Doger merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang hidup dan tumbuh subur didaratan utara kabupaten Subang Jawa Barat, dan diperkirakan pertumbuhan kesenian ini pada zaman penjajahan Belanda, Jepang sampai dengan pertengahan tahun 1960-an di sekitar daerah Pabuaran, Patok Beusi, Ciasem, Purwadadi, Manyingsal dan sekitarnya (Idit Supardi Madiana Wawancara  di Subang, 20 Januari 2001).
    Penyebaran kesenian doger hanya bersifat pertunjukan-pertunjukan saja, dalam arti  tidak mendidik secara langsung (mengadakan pengkaderan) untuk membuat penambahan grup-grup baru, sehingga kalaupun ada grup-grup baru sifatnya hanya peniruan saja dari akibat pertunjukan keliling kesenian Doger.
    Seperti kesenian tradisional pada umumnya bahwa, pertumbuhan serta penyebaran terjadi karena sifat penularan atau peniruan tidak langsung, sehingga tidak heran apabila kesenian tradisi sangat jarang diketahui penemu atau penciptanya.
    -Fungsi Kesenian Doger
    Di Subang Doger berfungsi sebagai sarana hiburan dan pergaulan, ini bisa dilihat dari bentuk pertunjukannya yang mengungkapkan rasa kegembiraan rakyat secara langsung sehingga terjadi komunikasi (seni yang kemunikatif), dengan demikian Doger menunjukan ciri sebagai pertunjukan seni yang bersifat profan.
   
Sumber : Skripsi Cahya Nugraha Karawitan 2015 ISBI Bandung
Sumber foto : Dokumentasi Tanthi okta

1 komentar:

  1. numpang share ya min ^^
    Hayyy guys...
    sedang bosan di rumah tanpa ada yang bisa di kerjakan
    dari pada bosan hanya duduk sambil nonton tv sebaiknya segera bergabung dengan kami
    di DEWAPK agen terpercaya di tunggu lo ^_^

    BalasHapus

kata-kata mencerminkan jati diri =)

JANAKA SUNDA, SENI LAWAK SUNDA

JANAKA SUNDA Ditulis oleh: Syalman Andriandani NIM: 18123036 Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, jurusan seni karawit...