Senin, 20 Mei 2019

TOLEAT, KALANGENAN MASYARAKAT SUBANG

SENI TOLEAT


Ditulis oleh:
Giant maeztoso
NIM: 18123021

Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung
Jurusan seni karawitan


Gambar 1 (pertunjukkan toleat)



Apa sih toleat itu ?
Toleat ialah alat musik kalangenan yang berasal dari kabupaten Subang, Jawa Barat. Pada mulanya toleat muncul dari inspirasi anak gembala yang bermain dipesawahan, ketika musim panen tiba kebanyakan dari anak gembala bermain empet – empetan di sawah dan empet – empetan merupakan asal mula dari alat musik Toleat ini. Menurut hasil wawancara yang telah penulis lakukan daerah yang merupakan cikal bakal alat musik toleat ialah di daerah pantura  persisnya di desa Sukamandi Kec. Ciasem Kab. Subang. Toleat telah mengalami banyak perubahan bentuk, yang tadinya dengan menggunakan bahan Jerami padi lalu berubah ke daun kelapa hingga ke daun pepaya dan yang terakhir mengunakan Congo Awi atau Ujung Bambu. Ujung bambu yang di bentuk menyerupai kepala belut dan yang sekaligus menjadi sumber bunyi, nada yang di hasilkannya dari lidah yang menempel ke Hulu Belut yang dibuat dari pohon maja. Asal mula nama toleat di ambil dari bunyin yang di hasilkan alat musik tersebut yaitu “Torotot Ole – olean” karena sering terdengarnya seperti itu maka munculah nama Toleat.
Toleat mempunyai beberapa fungsi dalam pertunjukannya, yang pertama sebagai Kalangenan atau menghibur diri sendiri lalu setelah diterima oleh masyarakat Toleat menjadi pintonan atau Hiburan dan yang ketiga sebagai alat kreasi yang sering dipakai dalam musik – musik kontemporer. Warna suara yang dikeluarkan oleh alat musik ini menyerupai clarinate pada alat musik modern dan setelah melakukan banyak perubahan menyerupai juga alat musik Saxophone. Nada mutlak alat musik toleat ini ialah Pentatonis atau lebih spesifiknya Salendro, Degung, madenda. namun setelah mengalami banyak perubahan yang menyesuaikan pada perkembangan jaman nada yang dihasilkan serta lubang yang terdapat pada alat musik ini bertambah sehingga mampu memainkan nada -  nada Diatonis pada musik barat juga tergantung pada tiupan pada alat musik tersebut.
Toleat mulai di sosialisaikan kemasyarakat itu sekitar tahun 80an oleh seorang maestro toleat pada masa itu ialah Pak Suparman atau lebih dikenal dengan panggilan mang Parman. Ketika itu mang Parman mencoba menggantikan alat musik Tarompet di Kesenian Sisingaan Dengan alat musik Toleat tersebut. Pada saat itu keberadaan mang Parman di ketahui oleh staff kebudayaan yang ada di daerah Pamanukan masih dilingkup Kabupaten Subang. Setelah itu mang Parman Di undang pada rapat minggon kebudayaan dan mempersentasikan serta memainkan alat musik tersebut dihadapan para pejabat kecamatan sampai di bawa ke Kabupaten. Kemudian para pejabat itu menyukai Toleat ini serta memberi mang Parman sebuah penghargaan yang di berikan langsung oleh Bupati pada saat itu. Lalu Toleat yang dimainkan oleh mang Parman tersebut di undang untuk bermain di Panen raya sekaligus untuk lebih mengenalkan alat musik Toleat ini pada Masyarakat sekitar.

Gambar 2 (toleat dipergelarkan dalam ujian kompetensi keahlian)

Pada tahun 90an, Mang Parman sudah tidak berdomisili di Daerah Subang dan  berpindah ke daerah Karawang, keberadaan Toleat ketika itu menemukan kebuntuan karena tidak adanya regenerasi dari mang Parman walaupun dalam usaha peregenerasiannya pernah melakukan pelatihan namun yang merespon hanya dua kecamatan di kabupaten Subang yaitu kecamatan Jalan cagak dan Kecamatan Subang. Lalu pada tahun 1997 Toleat ditemukan kembali oleh pak Asep Nurbudi atau lebih akrab disapa mang Aep Oboy dari pegawai kemendikbud. Karena pada masa itu toleat sudah disebut ikon kabupaten Subang dan diundang untuk mendeklarasikan Toleat di acara Damas Kabupaten Subang. Dari mang aep nurbudi pula toleat mengalami banyak sekali perkembangan dari yang tadinya toleat hanya memiliki lubang 4 oleh mang Aep bertambah menjadi lubang 8 semakin kaya pula nada yang dikeluarkannya. Sejak saat itu toleat lebih sering di undang dalam acara – acara resmi sampai ke festival, setelah ,menjadi tontonan atau hiburan, alat musik pendukung toleat menggunakan Kohkol, Kecapi, Kendang, dan Goong. Lagu – lagu yang dibawakannya ialah lagu – lagi dari kesenian ketuk tilu. Lalu mang Aep melakukan inovasi pada toleat dan alat pendukungnya yaitu dengan menggukanan Buyung yang fungsinya pengganti kendang, kolotok yaitu dari kalung kerbau, seker yaitu berbahan bambu yang diisi dengan biji kacang kedelai, lalu kohkol, dan nguk – nguk yaitu inovasi dari Hulu belut toleat yang dimasukan kedalam  tempurung kelapa sehingga ketika di tekan menghasilkan bunyi nguk – nguk.
Perkembangan Toleat masa kini bisa di bilang sangat pesat, karena sering dijumpai diberbagai acara serta sering digunakan atau sebagai pertunjukan Ujian Tugas Akhir serta Karya Tulis Tugas Akhir di ISBI Bandung.
Penulis : Giant Maeztoso
Sumber : hasil wawancara penulis dengan Pak Asep Nurbudi, S.Sn atau mang Aep Oboy

1 komentar:

  1. numpang share ya min ^^
    Hayyy guys...
    sedang bosan di rumah tanpa ada yang bisa di kerjakan
    dari pada bosan hanya duduk sambil nonton tv sebaiknya segera bergabung dengan kami
    di DEWAPK agen terpercaya di tunggu lo ^_^

    BalasHapus

kata-kata mencerminkan jati diri =)

JANAKA SUNDA, SENI LAWAK SUNDA

JANAKA SUNDA Ditulis oleh: Syalman Andriandani NIM: 18123036 Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, jurusan seni karawit...