Senin, 29 April 2019

SENI BANGRENG DARI KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT


SENI BANGRENG

Ditulis oleh:


Adi Trisampurno
NIM 18123011
Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung
Jurusan Seni Karawitan



Gambar 1 (pergelaran seni bangreng kab. Sumedang)

Bangreng  merupakan salah satu  jenis kesenian yang berkembang sebagai sarana Hiburan  khas masyarakat Kabupaten Sumedang. Bangreng dapat di tampilkan pada acara-acara hajatan pernikahan dan ruwatan hajat lembur. Bangreng berkembang diwilayah Kabupaten Sumedang diantaranya terdapat di daerah Kecamatan  Situraja, Kecamatan Darmaraja,Kecamatan Cimalaka, kecamatan Tanjungkerta, Kecamatan Buahdua dan Kecamatan Wado. Secara geografis wilayah tersebut merupakan daerah pegunungan yang potensi mata pencaharian masyarakat pada hasil pertanian sawah dan ladang. Pengaruh kesenian rakyat yang berkembang pada masyarakat  sebelumnya menjadi pijakan dari proses pembentukan sistem kekuasaan yang berkembang di Kabupaten Sumedang.
Bangreng berasal dari kata Terebang (alat musik) dan Ronggeng (penari dan penyanyi wanita) yang hidup dari dua golongan kesenian rakyat dan kesenian menak. Pada perkembangan selanjutnya Bagreng mengalami penambahan alat musik atau waditra berupa perangkat gamelan laras pelog dan salendro, hasil pengaruh dari sistem kekuatan pemerintah pada masa kedudukan kewedanan Sumedang Pangeran Soeria Kusumah Adinata (1863 – 1882), dengan berkembangannya seni Tayub.
Idea atau gagasan yag merupakan sebuah pemikiran-pemikiran yang dapat dilihat dari awal mula bangreng berasal dari Gembyung,  Terebangan menjadi Bangreng. yaitu akronim dari kata Terbang dan Ronggeng. Setelah menajdi Bangreng tampilan pertunjukannya lebih menarik dan mengalami perkembangan juga dengan masuknya  pengaruh unsur-unsur Tayub. Konsepsi pertunjukan pada Bangreng  ini meniru yang berada dalam Tayub. Hal itu merupakan  sebuah gagasan perubahan bentuk kesenian agar  lebih menarik disajikan untuk kepentingan bersama.
Bangreng merupakan bentuk kesenian baru yang berkembang dari kekuatan  sebelum nya sebagi sistem pola budaya yang membentuk kekuatan makna dan karakter dalam perkembangannya. Kesenian hadir sebagai bentuk ungkapan manusia untuk mewujudkan  berbagai makna-makna kualitas dalam pembentukan karakter masyarakat . Peristiwa-peristiwa budaya masyarakat menjadi wacana penciptaan sebuah budaya baru sesuai dengan makna  dan fungsi  dalam kehidupan dan struktur Kemasyarakatan.
Kehidupan para penguasa dan golongan menak merupakan bentuk akulturasi dalam kesenian Bangreng yang mempunyai kekuatan tatakrama dan aturan yang harus di taati sebagai bentuk ungkapan metode kekuasaan. Adapun pengaruh bentuk kesenian menak yang ada pada Bangreng adalah Baksaan  (nyoderan) dan tayub merupakan salah satu  ciri khas bentuk Keragaman jenis tari yang bersumber pada kesenian menak. Pola-pola gerak yang bersumber dari pola gerak Ketuk Tilu Dalam ranah tari rakyat, ketuk tilu paling dominan mempengaruhi gerak-gerak tari yang berada pada Bangreng
Berdasarkan hasil wawancara  kepada wahyudin “bahwa adanya  unsur-unsur tari Tayub pada Bangreng yaitu ketika  berawal adanya para menak yang ikut terlibat menari pada  Bangreng. Para menak tersebut sering kali meminta lagu-lagu yang berada pada tari Tayub” (Wawancara Wahyudin,2018).
Selain itu, wawancara kepada  Juju Junaedi bahwa”Di Sumedang pengaruh Tayub pada Bangreng yaitu sebagai  aktivitas  masyarakat  jelata (cacah) ataupun masyarakat yang tinggal diperdesaan , menari dalam Bangreng meniru pola-pola tari yang berada pada tari menak (tayub) maka tidak heran jika saat ini yang menari Tayub pada Bangreng bukan hanya menak saja  tetapi  masyarakat  biasapun dapat  menari Tayub” (wawancara Juju Juanedi,2018).

Sumber:
Tesis pengkajian seni oleh Sopian Hadi “Estetika Tari Pada Bangreng” Tahun 2018




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kata-kata mencerminkan jati diri =)

JANAKA SUNDA, SENI LAWAK SUNDA

JANAKA SUNDA Ditulis oleh: Syalman Andriandani NIM: 18123036 Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, jurusan seni karawit...