SENI BANGRENG
Ditulis oleh:
Adi Trisampurno
NIM 18123011
NIM 18123011
Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung
Jurusan Seni Karawitan
Gambar 1 (pergelaran seni bangreng kab. Sumedang)
Bangreng merupakan salah satu jenis kesenian yang berkembang sebagai sarana Hiburan khas masyarakat Kabupaten Sumedang. Bangreng dapat di tampilkan pada acara-acara hajatan pernikahan dan ruwatan hajat lembur. Bangreng berkembang diwilayah Kabupaten Sumedang diantaranya terdapat di daerah Kecamatan Situraja, Kecamatan Darmaraja,Kecamatan Cimalaka, kecamatan Tanjungkerta, Kecamatan Buahdua dan Kecamatan Wado. Secara geografis wilayah tersebut merupakan daerah pegunungan yang potensi mata pencaharian masyarakat pada hasil pertanian sawah dan ladang. Pengaruh kesenian rakyat yang berkembang pada masyarakat sebelumnya menjadi pijakan dari proses pembentukan sistem kekuasaan yang berkembang di Kabupaten Sumedang.
Bangreng berasal dari kata Terebang (alat musik) dan Ronggeng (penari dan penyanyi wanita) yang hidup dari dua golongan kesenian rakyat dan kesenian menak. Pada perkembangan selanjutnya Bagreng mengalami penambahan alat musik atau waditra berupa perangkat gamelan laras pelog dan salendro, hasil pengaruh dari sistem kekuatan pemerintah pada masa kedudukan kewedanan Sumedang Pangeran Soeria Kusumah Adinata (1863 – 1882), dengan berkembangannya seni Tayub.
Idea atau gagasan yag merupakan sebuah pemikiran-pemikiran yang dapat dilihat dari awal mula bangreng berasal dari Gembyung, Terebangan menjadi Bangreng. yaitu akronim dari kata Terbang dan Ronggeng. Setelah menajdi Bangreng tampilan pertunjukannya lebih menarik dan mengalami perkembangan juga dengan masuknya pengaruh unsur-unsur Tayub. Konsepsi pertunjukan pada Bangreng ini meniru yang berada dalam Tayub. Hal itu merupakan sebuah gagasan perubahan bentuk kesenian agar lebih menarik disajikan untuk kepentingan bersama.
Bangreng merupakan bentuk kesenian baru yang berkembang dari kekuatan sebelum nya sebagi sistem pola budaya yang membentuk kekuatan makna dan karakter dalam perkembangannya. Kesenian hadir sebagai bentuk ungkapan manusia untuk mewujudkan berbagai makna-makna kualitas dalam pembentukan karakter masyarakat . Peristiwa-peristiwa budaya masyarakat menjadi wacana penciptaan sebuah budaya baru sesuai dengan makna dan fungsi dalam kehidupan dan struktur Kemasyarakatan.
Kehidupan para penguasa dan golongan menak merupakan bentuk akulturasi dalam kesenian Bangreng yang mempunyai kekuatan tatakrama dan aturan yang harus di taati sebagai bentuk ungkapan metode kekuasaan. Adapun pengaruh bentuk kesenian menak yang ada pada Bangreng adalah Baksaan (nyoderan) dan tayub merupakan salah satu ciri khas bentuk Keragaman jenis tari yang bersumber pada kesenian menak. Pola-pola gerak yang bersumber dari pola gerak Ketuk Tilu Dalam ranah tari rakyat, ketuk tilu paling dominan mempengaruhi gerak-gerak tari yang berada pada Bangreng
Berdasarkan hasil wawancara kepada wahyudin “bahwa adanya unsur-unsur tari Tayub pada Bangreng yaitu ketika berawal adanya para menak yang ikut terlibat menari pada Bangreng. Para menak tersebut sering kali meminta lagu-lagu yang berada pada tari Tayub” (Wawancara Wahyudin,2018).
Selain itu, wawancara kepada Juju Junaedi bahwa”Di Sumedang pengaruh Tayub pada Bangreng yaitu sebagai aktivitas masyarakat jelata (cacah) ataupun masyarakat yang tinggal diperdesaan , menari dalam Bangreng meniru pola-pola tari yang berada pada tari menak (tayub) maka tidak heran jika saat ini yang menari Tayub pada Bangreng bukan hanya menak saja tetapi masyarakat biasapun dapat menari Tayub” (wawancara Juju Juanedi,2018).
Tesis pengkajian seni oleh Sopian Hadi “Estetika Tari Pada Bangreng” Tahun 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kata-kata mencerminkan jati diri =)