TARI BUYUNG DALAM UPACARA SEREN TAUN , CIGUGUR , KUNINGAN
Ditulis oleh:
Euis Karmila
NIM 18123011
NIM 18123011
Mahasiswi Institut Seni Budaya Indonesia Bandung
Jurusan Seni Karawitan
Gambar 1 (pergelaran tari buyung)
Desa Cigugur merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang subur
akan sumber air bersih dan
alamnya yang sejuk. Kebiasaan yang sering dilakukan oleh
kaum wanita tempo dulu pada saat menjelang sore hari
atau bulan purnama tiba , seperti mencucui, mandi, berenang,
dan mengambil air bersih di sebuah mata air yang letaknya di bawah. Alat yang biasa
digunakan dalam mengambil air bersih
adalah sebuah buyung dan kendi ;
buyung dengan cara disuhun (membawa di
atas kepata ) dan kendi diapit di ketiak. Kebiasaan kaum perempuan dalam mengambil air dengan menggunakan buyung dan kendi itulah, kemudian yang mengilhami P. Djatikusumah beserta
istrinya Ibu Emalia untuk
dijadikan sebuah tarian. Ide ini
direalisasikan dalam sebuah tarian sekitar
tahun 1940-an, dan mulai dipertunjukkan
dalam acara Seren Taun sekitar
tahun 1970-an . ‘’Bahkan tarian ini
kemudian dipergelarkan secara rutin setiap
tahun. Pangeran Djatikusumah berpendapat
bahwa :’’ dalam hidup ini harus ada keseimbangan
berbudaya baik logika maupun
metafisika . Bahkan lebih jauh lagi ungkapan ‘’ dimana bumi dipijsk
disitu Langit di jungjung. Ungkapan inilah yang mendasari Djatikusumah untuk merealisasikan budaya daerahnya kedalam bentuk tarian.
Secara konseptual
tari buyug terdiri dari 7 ( tujuh ) formasi antara lain Jala Sutra, Bale
Bandung Medang Kemulyan , Nyakra
Bumi, Nugu Telu Pajajaran, dan Rajah Pulang. Pertunjukan tari buyung dengan
formasi tersebut dimaknai masyarakat Sunda adalah masyarakat yang religius.
.
Gambar 2 (penari tari buyung)
Gerak tari Buyung cenderung lemah lembut.
Pertunjukan gerak tarian yang unik juga ditampilkan dalam tarian buyung ini,
yaitu pada saat penari dengan kemampuanya untuk menari di atas kendi dengan
menjunjung buyung.
Busana
atau kostum yang dipakai dalam tari Buyung meliputi : apok atau kemben dengan kain warna
emas sebagai penutup dada atau
bisa juga memakai kebaya, sabuk sebagai
ikat pinggang dan sampur atau soder
sebagai aksesoris.
Sebelum tahun
1980-an musik atau iringan tari buyung
menggunakan perangkat gamelan degung.
Seiring berjalannya waktu iringan nya beralih
menggunakan perangkat kacapian, yaitu
instrument kecapi indung, kecapi rincik,
dan suling. Iringan tidak saja menggunakan kecapi suling ,
tetapi bisa juga menggunakan gamelan
pelog atau salendro. Iringan seperti ini
digunakan dalam acara Seren Taun
khususnya , tari Buyung menggunakan
iringan kecap suling karena terdengar
lebih syahdu . Alasan lainnya karena pertimbangan
efisiensi yaitu karena kecapi
suling digunakan juga untuk
mengiringi rangkaian beberapa acara yang akan ditampilkan, antara lain sebagai iringan pembuka atau tatalu dalam
puncak acara Seren Taun.
Adapun
tekhnik tabuhannya menggunakan gaya
Cianjuran, serta ditambah goong dan kendang dalam
tabuhan gaya ‘ klasik’ Sunda.
Tari
Buyung merupakan salah satu
ikon atau ‘’ masterfirst’’ kesenian masyarakat
Kuningan , khususnya di Cigugur. Kini
tari Buyung bukan saja milik P. Djatikusumah dan keluarga dengan
pusat kegiatannya di Paseban
Cigugur, tetapi sudah menjadi
milik masyarakat Kuningan serta keseluruhan, bahkan masyarakat
di luar Kuningan sekalipun. Dan
tari Buyung diakui oleh Dinas
Pariwisata dan kebudayaan sebagai ciri khas kesenian daerah Kuningan. Sebagai buktinya kita dapat temukan
pada buklet Pariwisata dan Kebudayaan
daerah Kuningan yang menempatkan tari
Buyung sebagai cover. Situasi tersebut
sangan berpengaruh terhadap pelestarian tari Buyung karena pada akhirnya tari
Buyung tidak hanya disajikan dalam upacara Seren Taun semata , tetapi juga ditampilkan dalam berbagai acara hajatan
atau syukuran masyarakat Kuningan baik secara perorangan maupun secara kolektif. Bahkan tari
Buyung juga pernah ditampilkan di
Taman Mini Indonesia Indah sebagai duta
seni pada tahun 1992 yang melibatkan
1500 personil. Dalam acara ini tari
Buyung tidak tampil sendiri melainkan sebuah rangkaian acara Seren Taun yang di tampilkan di Taman Mini Indonesia Indah.
Sumber dan Dokumentasi :
Skripsi
Elisabeth Retnowati (STSI 2006) Tari
Buyung Dalam Upacara Seren Taun Di Cigugur
Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kata-kata mencerminkan jati diri =)