Ditulis oleh:
Euis Karmila
NIM 18123020
NIM 18123020
Mahasiswi Institut Seni Budaya Indonesia Bandung
Jurusan Seni Karawitan
Salah satu
tempat yang masih memelihara seni
pertunjukkan Kuda Lumping adalah desa Citangtu, yang merupakan daerah yang
berada di wilayah sebelah
timur kabupaten Kuningan. Di desa
Citangtu, seni Kuda Lumping masih terpelihara
walaupun frekuensi
pementasannya sangat berkurang karena jarang
ada yang menanggap. Hal ini
disebabkan biaya pertunjukkannya
cukup mahal untuk ukuran daerah
yang umumnya pedesaan, di samping
minat serta respon
masyarakat terhadap kesenian tradisi
sudah tergeser oleh
kesenian-kesenian yang kurang
mendapat panggilan otomatis menjadikan
kesenian ini jarang
dipertontonkan dan sekaligus kurang
berkembang karena tersisih oleh
kebutuhan kehidupan.
Sebenarnya
seni kuda lumping adalah kesenian tradisional yang menarik untuk ditonton karena
dirasakan masih adanya aura dari dimensi kesadaran dan ketidak
sadaran. Pertunjukkan Kuda Lumping ini dari awal sampai akhir ditengarai adanya
peristiwa-peristiwa trance ( kesurupan :
Sunda ) dari para pemaénnya sehingga
mampu melakukan hal-hal yang tidak lazim
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karenanya dalam penampilan seni Kuda Lumping masih
ada pesona-pesoa dan daya
tarik yang ditunggu-tunggu para
penonton, baik anak-anak, remaja maupun
orang tua berupa makan pare atau padi, mengupas
keplapa dengan gigi menginjak
bara api dan peristiwa trance lainnya, seperti menirukan suara-suara
karuhun atau nenek moyang/para orang tua yang sudah meninggal.
Gerakan- gerakan tari dalam seni Kuda Lumping
Citangtu merupakan gerak tidak berpola,
karena pamaén Kuda Lumping bergerak
bebas namun tetap seirama dengan
musik yang ditabuh. Dalam hal penyajiannya Kuda Lumping
yang berada di Desa Citangtu ini memiliki
keunikan tersendiri , hal ini dikarenakan pengaruh unsure magis yang lebih
diberikkan oleh sesepuh kepada pamaén dengan maksud untuk lebih memperkaya unsur pertunjukkannya.
Oleh Karena itu pamaén kuda Lumping harus dibimbing oleh beberapa orang pangaping karena kalau tidak bisa lari kemana saja
apabila lepas dari pangapingnya. Jadi disini pangaping harus lebih jeli dan
waspada. Disamping itu keunikan lainnya dari pamaékuda lumping ini
yaitu bisa berdiri tegak sambil
bergerak diatas punggung pendamping
maupun telapak kaki
pendamping yang ditegakkan
sambil terlentang dibawah atau juga ibu jari pamaén kuda
lumping yang dimasukkan ke mulut
pendamping.
Pemaén Kuda Lumping ada 3 orang, terdiri dari 2 orang yang masih muda dan 1 orang sudah tua, yang merupakan generasi pendahulu dan belum ada yang bisa menggantikannya. Seni Kuda
Lumping Citangtu bisa dipertunjukkan
atau dipergelarkan di lapangan atau tempat yang luas, karena disini memerlukan keleluasaan gerakan pamaén terutama kuda Lumping yang tidak dibatasi dengan gerakan setempat.
Pergelaran atau pertunjukkan kuda
Lumping biasanya dalam acara
hajatan atau acara-acara lain.
Ketika dalam acara hajatan biasanya
diengkapi dengan pendukung lain, misalnya Kuda Renggong, Badut, Bodor, anak sunat
dan pertunjukkannya hanya untuk
menghibur kesenian daerah sendiri,
karena kesenian tradisional merupakan asset budaya bangsa.
Fungsi dari kesenian kuda lumping sendiri selain
sarana sebagai hiburan yaitu sebagai
alat komunikasi karena dapat menyatukan
masyarakat dari satu kampug dengan kampong lain. Dengan kata lain kuda lumping
mampu mengumpulkan masa, sehingga banyak
warga yang berdatangan hanya ingin menonton pertunjukkan kuda lumping.
Musik yang mengiringi kuda lumping biasanya genjring, kenong, kendang, tarompet,
kecrek goong, dan dog-dog.
Sumber dan Dokumentasi :
Skripsi
Sumarni (STSI) Bandung 2008, Seni
Tradisional Kuda Lumping Desa Citangtu Kabupaten Kuningan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kata-kata mencerminkan jati diri =)