Kamis, 09 Mei 2019

SENI BUROK

KESENIAN BUROK
penulis :
Benny Herdian Hidayat
NIM : 18123017
Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung
Jurusan seni karawitan



Gambar 1 (boneka burok)

Burok adalah salah satu seni helaran yang sangat popular di Cirebon. Menurut tuturan para seniman nya (terutama didesa baku samben kec.babakan, kab.cirebon), Burokan muncul sekitar tahun 1934. Seorang penduduk desa kalimaro kec.babakan, bernama Kalil, membuat  suatu kreasi baru seni badawang (boneka-boneka berukuran besar), yaitu kuda terbang burok (dari kata buraq, yang secara tradisional diyakini oleh kaum Muslim sebagai kendaraan yang dipakai oleh Nabi Muhammad SAW ketika Isra’-Mi’raj). Konon, kreasi ini diilhami oleh “cerita rakyat” yang hidup di kalangan masyarakat islam tentang perjalanan Isra’-Mi’raj Nabi Muhammad SAW dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa terus ke langit tujuh dengan menunggang hewan (mirip kuda) besayap yang disebut burok. Masyarakat Cirebon mengenal sosok burok ini dari lukisan kaca yang pada waktu itu cukup popular dan dimiliki oleh bayak warga masyarakat di Cirebon lukisan kaca tersebut berupa kuda sembrani (bersayap) dengan wajah putri cantik yang putih dan bercahaya. Dengan demikian orang Cirebon tidak merasa asing dengan sosok burok ini. Hasil kreasi Kalil ini kemudian diberi nama “Burok”, sedangkan keseniannya di beri nama Genjring Burok. Dalam perkembangannya genjring burok semakain digemari oleh masyarakat bahkan tersebar keberbagai daerah diluar Cirebon, seperti Losari Brebes, Banjarharja, Karang Suwung, Ciledug, Kuningan, dan Indramayu. Saat ini perkumpulan kesenian burokan yang menonjol adalah Genjring Burok Gita Remaja dari desa Pakusamben pimpinan Mustofa. Perlu dicatat bahwa mustofa bukanlah keturunan Kalil.
Gambar 2 (wajah perempuan dalam boneka burok)

Burokan biasanya di tampilkan dalam berbagai perayaan, seperti hataman, sunatan, perkawinan, marhabaan, dan lain-lain. Pertunjukan dilakukan mulai pagi hari, berkeliling kampung disekitar lokasi perayaan. Selain burok , terdapat boneka lain yang di arak : gajah, macan, dan sebagainya. Sebelum pertunjukan dimulai, biasanya disediakan sesajen lengkap sebagai  syarat. Kemudian ketua rombongan memeriksa semua perlergkapan pertunjukan sambil membaca doa.
Pertunjukan dimulai dengan tatalu laluburokan bergerak perlahan dengan lantunan  Asroqol (nama lagu ini adalah awal solawat badar bagi Nabi dan Barzanji). Pada saat lagu itu dilantunkan, rombongan pertunjukan masih berjalan di tempat. Setbanyak yang menonton , rombongan baru bergerak. Ketika burokan berjalan, penonton boleh turut serta menari berbaur dengan para pelaku. Dalam acara sunatan, anak sunat dinaikan keatas burok dengan pakaian sunat lengkap. Sedangkan anak-anak lainnya yang ingin naik boneka gajah, macan, kuda, kera, dan lain-lain, di  pungut bayaran antara Rp.500,00-Rp.100,00
Pada saat arak arakan, lagu nyapun berubah (tidak lagi lagu Asroqol ) tetapi  lagu-lagu tarling, dangdut, jaipongan, seperti limangtaun, sego jamblang, jam sijji bengi , sandal barepan, garet bumi, sapayung loroan, kacang asin, tilil kombinasi, bahkan lagu-lagu yang sedang popular, misalnya pemuda idaman, melati, mimpiburuk, goyang dombret dan lain-lain. Sepanjang pertunjukan burokan, karena rupa boneka burok yang cantik dan karena gerakan kaki para pelaku yang lincang mengikuti irama musik, pertunjukan ini menjadi pusat perhatian masyarakat.
Music pengiring burokan biasanya terdiri dari tiga dogdog (besar, sedang , kecil), empat genjring, simbal, organ, gitar, gitar melodi, kromong, suling, kecrek. Dalam pertunjukan , alat music tersebut berfingsi sebagai pengiring tarian dan nyanyian. Adapun penyanyinya terdiri dari pria atau wanita. Mereka bernyanyi bersama atau bergiliran tergantung pada karakter  lagu yang dibawakan.
Adapun perlengkapan  pertunjukan burokan terdiri dari sepasang boneka burok yang biasanya dimainkan oleh 4 orang (2 di depan 2 di belakang), beberapa boneka (badawang) berbentuk binatang : gajah, kera, macan, kuda, dan kadang kadang ditambah badut yang memakai kostum lucu.
Makna tersembunyi dibalik pertunjukan burokan antara lain:
  1. Sebagai tanda sukur orang yang menanggap karena burokan dianggap sebagai seni pertunjukan rakyat yang islami.
  2. Makna sinkretis tradisi badawang yang melihatnya (badawang adalah boneka-boneka yang muncul dari cara berpikir mistis totemistik yang berasal dari hubungan arkaistik sebelum islam, yangkini menjadi agama dominan di cirebon)
  3. Makna akulturasi bagi benda yang bernama burok dari kawasan Timur Tengah yang kisah nya terkait dengan Isra’-Mi,raj Nabi Muhamad  SAW
  4. Makna universal, karena sosok hewan seperti burok dapat ditemukan dalam mitos bangsa-bangsa tertentu, misalnya di yunani, terdapat pula mahluk seperti burok, yakni centaur (mahluk berwujud mirip kuda dengan tubuh dari dada sampe kepala berwujud seperti manusia) yang dalam dunia perbinatangan sebagai rasi sagitarius. Di mesir, jenis mahluk yang mirip dengan itu adalah sphinx

Sumber tulisan : 
Buku deskripsi kesenian Jawa barat

2 komentar:

kata-kata mencerminkan jati diri =)

JANAKA SUNDA, SENI LAWAK SUNDA

JANAKA SUNDA Ditulis oleh: Syalman Andriandani NIM: 18123036 Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, jurusan seni karawit...