TARI WAYANG GAYA SUMEDANG
KARYA RD. ONO LESMANA KARTADIKUSUMAH
Penulis:
Nandi Apriansah
NIM: 18123011
Mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia Bandung
Jurusan seni karawitan.
Gambar 1 (tari wayang jakasona) |
Pertumbuhan tari di Sumedang sejak hadinya karya-karya Ono sudah menunjukkan suasana demokratis. Artinya dalam petumbuhannya tidak terfokus pada salah satu jenis tari saja, tetapi beragam seperti Tari Keurseus, Tari Wayang, dan Tari Topeng. Tari-Tarian itu sama-sama diayomi dan diperkenalkan kepada masyarakat. Dengan dilatarbelakangi oleh munculnya berbagai jenis tari, para seniman Sumedang salah satunya Ono Lesmana berusaha mngembangkannya melalui pelatihan-pelatihan tari yang diselenggarakan di bawah payung lingkung seni Sekar Pusaka.
- Periode 1952 sampai 1987
Pada tahun 1952 karena tahun ini dianggap Tari wayang sudah tercipta. Hal ini terlihat dengan pertanda bahwa saat itu Tari Wayang mulai diajarkan kepada masyarakat. Sedangkan tahun 197 merupakan periode terakhir dalam kehidupan sejarah berkesenian Ono, karena pada tahun ini beliau wafat.
Murid-murid yang tergabung di dalam periode ini dinilai cukup banyak dan hasil didikannya pun sangat menggembirakan. Tari Wayang karya Ono mulai lahir pada periode kedua, adapun jenis tariannya sebagai berikut:
- Tari Jayengrana
Pada tahun 1942 Ono sudah merancang pembuatan Tari Jayengrana. Setelah empat tahun (tepatnya tahun 1946) tarian ini baru terwujud secara lengkap. Tari Jayengrana ini mulai diajarkan pada tahun 1952.
- Tari Ekalaya
Tari Ekalaya ini diciptakan pada tahun 1954
- Tari Adipati Karna
Tari ini disusun pada tahun 1939 ketika Ono sedang menjabat Lurah di Kota Kulon Sumedang, dan mulai dibakukan serta diajarkan pada tahun 1955-an.
- Tari Anterja
Tari ini dibuat karena kebutuhan peran pada Wayang Orang dalam cerita Subadra Larung sekitar tahun 1955. Saat itu pencipta menjabat camat di Tanjungsari Sumedang.
- Tari Gatotkaca
Pada tahun 1957 Ono menciptakan Tari Gatotkaca gandrung. Putri Pergiwa dan Pergiwati yang diidamkan Gatotkaca turut divisualkan dalam tarian ini
- Tari Yudawiyata
Tarian ini dibuat pada tahun 1957-1958.
- Tari Srikandi
Diciptakannya Tari Srikandi, karena adanya kebutuhan peran pada Wayang Wong sekitar tahun 1930-an. Koreografinya pada waktu itu awalnya menggunakan tari Gawil dan baru pada tahun 1958 ada perbaikan dan pembakuan.
- Tari Gambir Anom
Untuk mewujudkan tarian secara utuh dan maksimal, maka pada tahun 1959 Tari Gambir Anom ini ditata lagi dan dibakukan koreografinya.
- Tari Jakasona
Tari ini diciptakan pada tahun 1947-1948, untuk memenuhi kebutuhan bahan ajar di lingkungan seninya. Namun demikian, tarian ini baru diterapkan kepada peserta kursus pada tahun 1960-an.
- Tari Gandamanah
Tari Gandamanah dibuat sekitar tahun 1960-an untuk kepentingan mengajar.
Pada tahun 1950 sampai dengan tahun 1957 Ono sering dipanggil ke Istana Negara untuk mempertunjukkan karya-karyanya. Para penari yang sering mengisi dan menyambut tamu dari luar negeri di Istana Negara adalah Emin, Oja Tuti, dan Sukma. Selain itu, Ono juga pernah mengajar tari di kelompok seni Ekayana yang dipimpin oleh Duyeh di Jakarta atau pada saat itu salah seorang pelatih Ekayana sengaja datang ke Sumedang untuk menyadap tari karya Ono. Maka dari itu sebagian masyarakat Jakarta ikut terimbas dan menyenangi tari karya Ono dengan jalan ikut mempelajarinya. Pada zaman keemasannya sekitar tahun 1960-1970 tari-tarian Ono menyebar ke seluruh pelosok Sumedang.
Gambar 2 (tari karya ono Lesmana) |
Kemudian dalam rangka penyebaran dan perkenalan tari hasil karyanya, Ono sering menjadi duta seni dalam berbagai acara. Dalam acara Muhibah Siliwangi yang diadakan di Yogyakarta pada tahun 1962 disajikan pula Tari Jayengrana. Selepas itu pada tahun berikutnya yaitu tahun 1970 Ono mengikuti Expo ke Jepang dengan materi Tari Gatotkaca dan Tari Jayengrana, yang dibawakan oleh Elia Marliah dengan kawan-kawan. Tari Jayengrana yang dibawakan oleh Ina, ikut memeriahkan acara di Vancouver sekitar tahun 1980 bersama-sama dengan kelompok seni tari Indrawati Lukman.
- Periode 1987 sampai sekarang.
Setelah Ono Lesmana meninggal dunia pada tahun 1987, Padepokan Sekara Pusaka dipimpin oleh R. Effendi Lesmana, anak kedua Ono yang hingga saat ini masih terus berkiprah dalam melanjutkan jejak langkah sang ayah. Disamping itu murid-murid Ono seperti Ade Rukasih yang di masa mudanya cukup potensial, akhirnya dipercaya untuk melatih tari karya-karya Ono di Museum Sumedang di bawah naungan Dangiang Kutamaya, dan masih berlangsung hingga saat ini. Museum sumedang tidak hanya mengoleksi barang-barang antik yang mengandung nilai kesejarahan, namun juga unsur seni, khususnya tari yang pernah berkembang sehingga berbagai lapisan masyarakat Sumedang merasa tidak asing lagi, dengan tarian Ono. Setiap hari Minggu gemuruhnya iringan tari selalu terdengar seakan tak pernah berhenti dari bulan ke bulan hingga tahun ke tahun.
Kita perlu berbangga hati Tari Wayang Ono (salah satunya Tari Jayengrana) telah dibawa oleh seorang keturunan Filipina yang bekerja di Hawai. Tari tersebut diajarakan di Universitas Hawai oleh Benyamin. Kemudian Madoka yang berasal dari Jepang antusias dalam mempelajari Tari Jayengrana untuk dijadikan bahan ajar di sana. Berkat adanya pengakuan dari berbagai pihak tai-tari karya Ono hingga saat ini masih hidup walaupun perkembangannya tidak sepesat dahulu.
- Tari Wayang Sumedang Karya Ono Lesmana.
Tari Wayang Sumedang diproduksi oleh seorang tokoh yaitu Ono Lesmana, sehingga ciri khas individu sangat nampak sekali. Adapun produk tari wayang dari Sumedang akan dirinci sebagai berikut:
- Tari Jakasona berkarakter satria ladak.
- Tari Ekalaya berkarakter satria ladak.
- Tari Jayengrana berkarakter satria ladak
- Tari Adipati Karna berkarakter satria ladak.
- Tari Yudawiyata berkarakter satria ladak.
- Tari Gambir Anom berkarakter satria ladak.
- Tari Srikandi berkarakter putri ladak.
- Tari Gatotkaca berkarakter monggawa lungguh.
- Tari Antareja berkarakter monggawa lungguh.
- Tari Gandamanah berkarakter monggawa dangah.
Gambaran mengenai Tari Wayang Sumedang secara umum, terlihat di bawah ini dan akan dipaparkan lebih rinci berdasarkan bentuknya yaitu:
- Tingkatan Karakter
Di Sumedang Tari Wayang berkarakter satria ladak merupakan prosentase terbanyak jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Ciri karakter tersebut menjadi sesuatu yang khas bagi Ono (secara pribadi) dan Sumedang (secara kelompok), adapun rinciaya sebagai berikut: Putri ladak; satu tarian, putra ladak; enam tarian, monggawa lungguh; dua tarian, monggawa dangah; satu tarian.
- Bentuk Koreografi
- Penyajian
Berdasarkan daftar tarian yang telah dipaparkan diatas, penyajian Tari Wayang Sumedang terbagi menjadi; 1 tarian disajikan dalam bentuk berpasangan yakni Tari Yudawiyata dan 9 tarian lainnya dibawakan dalam bentuk tunggal.
- Perang dan non perang
Dengan melihat bentuk penyajian seperti diatas hubung kaitnya dengan bentuk perang dan non perang, maka bila disimpulkan erolehan jumlahnya akan sama yaitu satu tari perang seperti Tari Yudawiyata dan sembilan lainnya termasuk tari non perang.
- Jenis Tarian
Seperti telah diuraikan pada bagian awal, bahwa jenis tarian disini merujuk pada jenis tarian berdasarkan kelamin, sementara jika memperhatikan dari segi nama tarian, sudah barang tentu hanya satu tarian yang berjenis kelamin putri yaitu Tari Srikandi, sisanya yang berjumlah sembilan tarian termasuk jenis putra.
- Struktur
- Tari Jakasona: berstruktur satu yaitu lagu panglima berpola irama sedang.
- Tari Ekalaya: berstruktur dua yaitu Angle sawilet berpola irama sedang dan Angle dua wilet berpola irama cepat.
- Tari Jayengrana: berstruktur satu yaitu Tumenggungan sawilet berpola irama sedang.
- Tari Adipati Karna: berstruktur satu yaitu belenderan sawilet berpola irama sedang.
- Tari Yudawiyata: berstruktur dua yaitu Tumenggungan sawilet berpola irama sedang Tumenggungan kering berpola irama cepat.
- Tari Gambir Anom: berstruktur satu yaitu Udan Mas berpola irama sedang.
- Tari Srikandi: berstruktur satu yaitu Gawil Kakacangan berpola irama sedang.
- Tari Gatotkaca: berstruktur dua yaitu Macan Ucul sawilet berpola irama sedang, dan Macan Ucul dua wilet berpola irama cepat.
- Tari Antareja: berstruktur dua yaitu Tumenggungan gurudugan berpola irama cepat dan Tumeggungan sawilet berpola irama sedang.
- Tari Gandamanah: berstruktur dua yaitu Macan Ucul sawilet berpola irama sedang, dan Macan Ucul dua wilet berpola irama cepat.
- Bentuk Koreografi
- Bentuk lagu
Lagu yang digunakan untuk mengiringi Tari Wayang Sumedang terdiri dari 10 (sepuluh) tarian, semuanya menggunakan lgu Sekar Alit atau sawilet.
- Jenis Iringan
Jenis iringan yang digunakan (semua) adalah gamelan (instrumen) dan kakawen (vokal dalang) tidak dipakai sama sekali.
- Busana
- Sumber
Busana Tari Wayang Sumedang berbeda dengan daerah lain karena selain bersumber pada wayang golek ada pula yang bersumber pada beberapa tarian yang dibuat sendiri oleh penciptanya, seperti: Tari Jayengrana, dan Tari Jakasona.
- Motif hiasan dan bahan kain
Sumedang merupakan daerah transisi karena jika disebut kampung kebudayaanya sudah seperti kota, dan jika disebut kota belum seutuhnya kota. Sumedang yang terletak antara Bandung dan Cirebon mendapat pengaruh sangat besar dari kedua kota ini terutama pada perkembangan seni tari. Hal ini terlihat pada busana tari yang sudah menggunakan hiasan yang kaya dengan warna, begitu juga dengan bahannya yang sudah memakai beludru.
- Rias
- Sumber rias Tari Wayang di Sumedang mengacu pada tata rias Wayang Golek.
- Bahan atau alat untuk rias wajah sudah memakai eye shadow walaupun bahannya tidak terlalu bagus kualitasnya.
Narasumber:
Rd. Widawati Noerlesmana kartadikusumah
Pihak Museum Keraton Sumedang
Sumber foto:
Dokumentasi UJIKOM jurusan seni tari SMK Pangeran Aria Soeria Atmadja Sumedang
Hedon pisanlah 😍
BalasHapus